BABEL,BANGKABARAT,SKT.COM — Perpustakaan Daerah Kabupaten Bangka Barat kembali menegaskan perannya sebagai rujukan pelestarian naskah kuno dan arsip sejarah lokal, setelah menerima kunjungan study tiru Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Pangkalpinang, Selasa (23/12/25).
Kunjungan ini menjadi pengakuan lintas daerah atas keberhasilan Bangka Barat dalam menghimpun dan merawat manuskrip kuno sebagai fondasi identitas daerah.
Kunjungan dipimpin langsung oleh Plt Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Pangkalpinang, Dedi Aldriyansyah, S.H., yang menyatakan bahwa Bangka Barat telah melangkah lebih maju dalam pengelolaan manuskrip sejarah dibanding banyak daerah lain di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

“Kami sangat terkesan. Kunjungan ini memang diniatkan untuk mempelajari mekanisme pengumpulan manuskrip arsip kuno yang menjadi bahan sejarah asal-usul masyarakat,” ujar Dedi.
Menurut Dedi, manuskrip kuno memiliki nilai strategis karena memuat asal-usul wilayah, silsilah keluarga, hukum adat, hingga pengetahuan pengobatan tradisional yang menjadi pegangan hidup masyarakat. Ia menyebut koleksi sekitar 50 manuskrip kuno yang telah dihimpun Bangka Barat sebagai capaian awal yang sangat signifikan.
“Ini baru pertama kali kami melihat langsung bahwa Bangka Barat sudah memiliki koleksi manuskrip kuno. Jumlahnya memang belum banyak, tetapi ini fondasi yang sangat kuat,” katanya.
Dedi menegaskan, kunjungan tersebut merupakan bagian dari study tiru untuk mencontoh langkah strategis Bangka Barat, mulai dari metode penelusuran naskah, pendekatan kepada masyarakat, hingga sistem pengelolaan dan pelestariannya.
Sementara itu, Kabid Pelestarian Koleksi dan Naskah Kuno Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Bangka Barat, Erza Fistiawan, S.E., menyambut kunjungan tersebut sebagai bentuk pengakuan atas komitmen daerah dalam menjaga warisan intelektual masyarakat.
“Pelestarian naskah kuno tidak bisa dilakukan sendiri. Ini harus menjadi gerakan bersama lintas daerah,” ujar Erza.
Erza menegaskan bahwa arsip dan manuskrip kuno bukan sekadar koleksi perpustakaan, melainkan identitas dan legitimasi sejarah daerah yang harus dijaga secara berkelanjutan.
“Yang kita jaga bukan hanya dokumennya, tetapi ingatan kolektif, jati diri, dan martabat sejarah masyarakat. Ini adalah investasi kebudayaan jangka panjang,” tegasnya.
Keberhasilan Bangka Barat dalam pelestarian naskah kuno diperkuat dengan berbagai program, di antaranya pembentukan galeri manuskrip sejarah lokal, pelaksanaan FGD pemilik dan pengelola naskah kuno, serta pelatihan perlindungan dan konservasi manuskrip. Upaya ini menjadikan Bangka Barat sebagai daerah percontohan dalam pengelolaan arsip sejarah berbasis partisipasi masyarakat.
Langkah tersebut sejalan dengan agenda nasional pelestarian kebudayaan sebagaimana tertuang dalam Asta Cita Presiden Republik Indonesia, yang menempatkan kebudayaan sebagai kekuatan identitas dan pembangunan bangsa.
Dengan capaian tersebut, Perpustakaan Daerah Kabupaten Bangka Barat tidak hanya berfungsi sebagai pusat literasi, tetapi juga sebagai penjaga memori kolektif dan pilar identitas daerah, sekaligus rujukan bagi daerah lain dalam pelestarian naskah kuno.(Red)







