Tak Terima Anaknya di Sakiti, SH Minta Keadilan Datangkan Pesantren Darul Abror Bangka

SKT. com BANGKA ||| Kasih sayang orangtua sepanjang masa. Itulah pepatah yang tepat dialamatkan untuk SH Kecamatan Koba.

Mendapat kabar anak laki-lakinya, AF (11) diduga menjadi korban kekerasan oleh sesama santri, lalu SH mendatangi Pondok Pesantren Darul Abror Desa Kace, Kabupaten Bangka, Minggu (10/9/23).

Didampingi insan pers, SH menemui pengurus serta pengawas santri Ust Marwan dan pimpinan pondok Darul Abror.

Ia ingin mendapatkan keadilan, karena tiga minggu yang lalu mendapat kabar Anaknya yang merupakan santri kelas 1 SMP di pesantren tersebut diduga menjadi korban pemukulan oleh santri DK (15) tak lain teman sekamar yang pindahan dari pondok pesantren lain di sungailiat.

“Saya ingin mendapat kejelasan maupun ketegasan pondok pesantren terhadap kejadian ini. Saya tak ingin anak saya menjadi korban bully yang akan menjadi Trauma serta takut saat menimba ilmu disini,” kata SH kepada insan pers.

Kendati demikian jelas SH hari ini untuk kedua kali kedatangannya setelah pekan lalu sudah menyampaikan peristiwa yang dialami anaknya kepada pengurus asrama pondok pesantren Darul Abror.

Berita Lainnya..  M Haris Penandatanganan MoU Dengan Kantor Wilayah DITJEN Perbendaharaan DJPb Prov Babel

“Kemarin dikatakan jika orangtua dari santri yang melakukan kekerasan pada anak saya akan dipanggil. namun sampai hari ini belum ada kejelasan, maka saya datangi lagi,” ungkapnya.

Sementara itu pengakuan Ust. Anwar, pengurus bidang pengawasan asrama pondok Darul Abror mengatakan atas peristiwa itu telah memanggil santri bersangkutan untuk dimintakan penjelasan.

“Dari pengakuan santri (red-Dk) mereka bercanda,” terang Ust. Anwar.

Mengenai pemanggilan orang tua santri tersebut, diakui ust. Anwar belum dilakukan, karena pihak pondok sedang melakukan penelusuran lebih lanjut atas peristiwa tersebut.

“Karena awalnya mengaku bercanda, tapi kalo memang ada kekerasan, kami akan panggil orang tua santri itu agar sama-sama melakukan pengawasan dan bila terulang lagi, kami akan ambil tindakan tegas,” janjinya di hadapan SH dan awak media.

Ditanyakan mengenai santri yang diduga melakukan kekerasaan berusia jauh lebih tua daripada anaknya, yakni berusia 15 tahun yang berada satu kamar dengan anaknya, kata ustad, hal tersebut merupakan peraturan di dalam pondok pesantren ini.

Berita Lainnya..  Pemkab Bangka Bersama Kajari Bangka Gelar Pasar Murah Bersubsidi Serta Bazar UMKM

“Memang peraturannya seperti itu, setiap santri yang baru pindah dari pesantren lain, kami anggap anak baru maka harus mengulang dari awal, untuk penyesuaian bahasa dan sebagainya, tetapi kami satukan kamar (asrama) tempat santri istirahat tidur,” ucapnya.

Tak sampai di situ, SH pun bertemu dengan pimpinan pondok pesantren, KH Sopyan Abu Yamin, guna membahas persoalan pengawasan serta keadilan.

Dihadapan pimpinan pondok, SH menceritakan kronologis kejadian.

Dua minggu lalu, dirinya mendapat telepon dari warga Kurau yang sedang mengunjungi anaknya di pondok pesantren ini.

“Kebetulan melihat tangan anak saya seperti kesakitan dalam video call, dari situ saya langsung ke pondok dan membawa pulang anak saya,” bebernya.

Menurut SH tangan kanan anaknya seperti terpelintir. Selama sepekan, anaknya harus makan menggunakan tangan kiri, karena terasa sakit saat menggunakan tangan kanan.

“Enam kali diurut tangannya kata tukang urut ini bukan disebabkan jatuh karena ada memar-memar,” ungkapnya.

Dari penuturan anaknya AF (11) barulah diketahui jika hal tersebut disebabkan oleh santri pindahan pesantren lain, yang usianya empat tahun di atas usia anaknya.

Berita Lainnya..  Menunaikan Ibadah Puasa Pj Bupati Bangka M Haris Buka Bersama Forkopimda dan Anak Yatim

“Ada satu santri, usia 15 tahun yang baru pindah dari pesantren lain, lalu oleh pengurus pengawasan dijadikan satu kamar dengan anak saya,” ungkapnya.

Tak hanya itu, istri SH juga mendapatkan informasi jika anaknya memang dipukul oleh santri yang 4 empat tahun di atasnya.

“Waktu di Pangkalpinang, istri bertemu dengan santri, teman anak saya yang sedang berobat. Dikatakan memang anak saya dipukul oleh santri pindahan itu. Untuk itu harapannya harus ada ketegasan untuk hal ini,” pintanya.

Mendengar hal tersebut, KH. Sofyan mengucapkan terima kasih atas masukan dari SH selaku orang tua santri.

“Kalau memang ada kejadian seperti itu, kami akan ambil tindakan tegas,” tegas pimpinan Pondok Pesantren Darul Abror.

Dengan kejadian ini SH meminta kepada pengurus dan pengasuh pondok agar di selesaikan secepatnya perkara ini supaya anak-anak dalam menuntut Ilmu lebih Fokus dan tenang lagi.||| Red

 

 

Editur : SK

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *